Monday 25 January 2021

Penerimaan Orangtua Sebagai Salah Satu Faktor Penting dalam Proses Terapi.

 

     Tidak terasa sudah satu tahun lamanya menekuni  pekerjaan menjadi seorang terapis anak berkebutuhan khusus. Profesi yang barangkali  jarang dipilih oleh seorang sarjana psikologi seperti saya. Yap, ketika teman-teman saya banyak yang lebih memilih menjadi seorang HR di berbagai perusahaan, saya pun memantapkan diri menekuni profesi ini setelah mendapatkan gelar S.Psi di belakang nama saya.

Bagaimana rasanya? Kalo kata anak tiktok jaman sekarang Ah mantap!  Ditendang? Pernah. Dipukul? Sering. Digigit? Hampir setiap hari. Tapi justru itu tantangannya yang bikin saya selalu semangat tiap bangun pagi dan berpikir hari ini bakalan menghadapi pasien yang seperti itu apa yaaa. Apa saja anak yang saya tangani? Bermacam-macam. Mulai dari paling ringan seperti speech delay murni sampai autis berat, ADHD hingga yang punya gangguan emosi seperti jedotin kepala ke dinding atau lantai setiap kali keinginannya tidak dituruti.

Kali ini saya akan bercerita mengenai sebuah proses terapi di klinik saya. Ya, kami menyebutnya kurang lebih sebagai klinik. Itulah kenapa anak-anak yang menjalani terapi kami sebut pasien. Tesla theraphy center. Fyi, ini satu-satunya klinik di kalbar yang di dalamnya para terapis benar-benar menempuh pendidikan sesuai dengan bidangnya. Jadi saya bersyukur bisa menjadi bagian dari klinik ini. Di dalamnya ada 4 sub terapi yaitu Fisioterapi, Okupasi Terapi, Terapi Wicara dan Terapi Perilaku

Biar saya tebak, pasti yang ada dipikiranmu sekarang “Oh ternyata ada yaaa jurusan begitu saat kuliah?” “Yap, adaaa!” Jadi seorang fisoterapist saat kuliah dulunya mengambil jurusan fisoterapi, begitupula dengan terapis wicara dan terapis okupasi. Saat kuliah keduanya menempuh jurusan okupasi terapi dan terapi wicara. Usut punya usut di Indonesia hanya ada 2 kampus yang punya jurusan okupsi terapi begitu juga dengan jurusan terapi wicara. Itulah kenapa keberadaan terapi wicara dan okupasi terapis super duper langka. Sementara seorang terapis perilaku biasanya berasal dari jurusan psikologi karena teori dasar yang dipakai dalam metode terapi berasal dari teori psikologi.

Nah, sehabis membaca tulisan ini saya harap para orangtua atau siapapun yang sedang mencari tempat terapi bisa kroscek terlebih dahulu ya latar belakang pendidikannya. Buat kamu yang bingung kenapa tadi di awal saya menyebut bahwa sarjana psikologi biasa jadi HR. Saat kuliah kami bisa memilih konsentrasi untuk kami dalami, saya sendiri memilih konsentrasi klinis yang berkutat pada psikologi abnormal.

Okey, back to the topic yaa, saya akan menjelaskan secara ringkas ke 4 terapi yang ada di klinik saya tadi. Dimulai dari terapi perilaku atau behavior theraphy. Terapi perilaku adalah salah satu terapi yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus dimana terapi ini difokuskan kepada kemampuan anak merespon terhadap lingkungan dan mengajarkan anak perilaku-perilaku yang umum. Metode yang dipakai dalam terapi ini adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Lvar Lovaas,PhD dan University of California Los Angeles (UCLA). Nah teori dasar dari behavioristik yang digunakan dalam teori ini adalah stimulus-respon. Jadi gampangnya, misalnya ada yang memanggil seharusnya respon yang diberikan anak adalah menoleh. Tujuan dari terapi perilaku adalah menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, kaya benturin kepala ke dinding atau lantai  dan membangun perilaku-perilaku baru yang secara sosial bermanfaat dan dapat diterima.

Kemudian, fisoterapi yang merupakan ilmu yang menitikberatkan atau menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi gerak atau fungsi alat tubuh yang terganggu untuk kemudian diikuti dengan proses atau metode gerak. Biasanya anak yang mendapat fisoterapi adalah yang punya penyakit yang memengaruhi kondisi fisik seperti celebral palsy, atau terlambat berkembang dalam proses fisik, seperti sudah dua tahun belum bisa berdiri, atau yang memiliki kaki flatfoot.

Selanjutnya, ada okupasi terapi, terapi yang membantu proses mengenal, mengubah, & membedakan sensasi dari system sensori menjadi respon berupa perilaku adaptif yang bertujuan. Terapi ini dapat meningkatkan kemampuan anak seperti koordinasi gerak tubuh, kemampuan motorik kasar dan halus, dan kemampuan mempertahankan atensi dan konsentrasi.

Terakhir adalah terapi wicara, terapi ini fokus terhadap melatih kemampuan anak berbicara, melatih otot mulut, lidah, dan tenggorokan. Setiap klinik tentu memiliki peraturan yang berbeda. Di klinik saya sendiri tidak semua anak diberikan kelas terapi wicara hanya yang sudah mampu mempertahkan fokus, atensi serta memahami perintah dengan baik. Terapis perilaku lah yang bisa memberikan rekomendasi apakah anak sudah bisa diberikan intervensi terapi wicara.

Selama menjadi seorang terapis ga jarang sih orang-orang terdekat konsultasi mengenai adek, kenalan, atau anaknya. Setelahnya nanya kenapa?respon terhadap perintah gimana? Ada riwayat sakit keras gak. Setelah ngasi saran yang sekiranya bisa dilakuin sama orang-orang terdekat si anak, biasanya saya akan menyarankan untuk dilakukan assessment jika berdasarkan cerita si anak sudah mengalami keterlambatan perkembangan. Gimana sih cara tau anak itu punya keterlambatan. Penting banget bagi seorang ibu tau fase dan tugas perkembangan apa aja yang harus dikuasi oleh anak. Sebenarnya banyak banget teori dan fase perkembangan. Tapi saya akan membahas sedikit fase yang agaknya lebih nyaman dipahami oleh para ibu karena hampir semua orangtua yang datang memiliki keluhan anaknya terlambat berbicara.

Tahap pertama, Reflexive Vocalization (Suara Refleks). Bayi normal yang baru dilahirkan sampai kurang lebih berusia tiga minggu, seluruh aktivitasnya masih bersifat refleks. Memasuki minggu ke empat, suara tangisan yang diperdengarkannya akan mulai berbeda. Misalnya akan terdengar berbeda antara tangisan karena lapar atau kedingina.. Perbedaan suara tangisan tersebut tetap masih merupakan peristiwa refleks.  Tahap kedua Babbling (Merabah). Tahap ini dimulai pada bayi usia enam sampai dengan tujuh minggu. Pada tahap ini, bayi seolah-olah senang mengulang-ngulang bunyi yang dibuatnya. Namun hal tersebut masih tergolong aktivitas yang bersifat refleks. Bunyi-bunyi yang dihasilkan dapat terdengar seperti orang berkumur-kumur dan mirip bunyi-bunyi vokal. Pada minggu-minggu selanjutnya terdengar bunyi-bunyi seperti konsonan p, b, g, n, juga m. Yang jika dikombinasikan dengan bunyi-bunyi yang mirip bunyi vokal terdengar seperti suku kata misalnya pa... pa.. ba... ba... ga…ga..

Tahap ketiga yaitu, Lalling (Mengoceh). Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap jargon, dan dimulai pada usia enam bulan. Pada tahap ini bayi sedang melatih dirinya secara sengaja untuk menuju kepengucapan bentuk kata. Bunyi, suara yang diperdengarkan adalah yang benar-benar telah didengarnya. Pada masa ini bayi telah memiliki feedback auditory. Tahap inilah yang menjadi batasan apakah bayi memiliki pendengaran normal atau tunarungu. Bayi dengan tunarungu akan mulai diam atau tidak mengoceh lagi pada tahap ini. 

Tahap keempat, Echolalia (Meniru). Tahap echolalia dimulai pada usia sembilan atau sepuluh bulan. Pada tahap ini terjadi pungulangan suku kata maupun kata yang memiliki makna, anak bukan lagi mengulang-ngulang apa yang dikatakannya sendiri, tapi mengulang apa yang telah didengar dari lingkungannya. Dalam hal meniru apa yang didengarnya, mulai diikuti pula dengan penggunaan gerak tangan dan bahasa tubuh. Namun hal ini belum diiringi dengan pemahaman tentang arti atau makna yang terkandung dari kata-kata yang diujarkannya. Tahap terakhir True Speech (Bicara Benar)
Dimulai dari usia 12-18 bulan, True Speech merupakan tahapan akhir bahasa. Pengertian bicara benar disini adalah bicara anak benar-benar mengandung makna sesungguhnya yang keluar dari pusat bahasa di otak dan mewakili suatu maksud / tujuan. Dalam hal ini, anak sudah mengerti atau memahami makna dari kata yang diujarkannya, dan meskipun artikulasinya masih belum sempurna atau terdengar belum jelas, namun si pendengar dapat menangkap maksud dari apa yang ia ujarkan.

Nah apabila sudah tau bahwa anak memiliki keterlambatan perkembangan, langkah paling baik yang bisa dilakukan adalah melakukan asesmen. Pada proses assement akan dilakukan wawancara dan observasi pada anak. Biasanya setelah dilakukan asesmen, assessor akan akan memberikan rekomendasi terapi apa saja yang dibutuhkan oleh sang anak. Ya, kaya resep gitu sesuai kebutuhan si anak. Nah setelah itu admin akan mencocokan jadwal terapis yang kosong, apabila penuh akan masuk ke daftar tunggu.

Kalau ditanya terus berapa lama sih proses terapi berlangsung dan faktor apa saja yang memengaruhi kesuksesan terapi? Tentunya ada beberapa seperti usia anak saat pertama kali mengikuti terapi, pola asuh orang tua, iq anak, pengulangan kembali materi yang telah diberikan, intesitas datang terapi hingga beratnya gangguan atau hambatan yang dialami anak. Saya pernah megang anak dengan kasus speech delay dengan pengalaman traumatik. 2 minggu pertama nangis-nangis hebat. Tidak mau duduk atau bergerak. Selalu berteriak “aduh”. Alhamdulillah setelah 2 bulan si anak bisa lulus dari kelas saya dengan kosa kata cukup banyak. Setelah lulus dari kelas BT, saya rekomendasikan untuk masuk ke TW agar memperlancar kemampuan berbahasanya.

Menurut saya pribadi, salah satu faktor terpenting adalah dukung dari orangtua dan sebuah penerimaan. Yap, penerimaan dari orang tua anak sendiri. Saya yakin naluri seorang ibu itu kuat sekali. Memberi yang terbaik bagi anak tentu menjadi prioritas. Tapi saya juga percaya kalau setiap ibu pasti bisa merasakan jika anaknya berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa ibu yang datang saat usia anaknya sudah 4 tahun namun ada ibu yang membawa anaknya saat usia 2 tahun. Apa pengaruhnya terhadap keberhasilan terapi?

Saya rasa semua ibu kesadaran yang sama namun ga semua ibu mampu menerima lebih awal bahwa anaknya berbeda dengan anak-anak pada umunya. Beberapa merasa kalau anaknya baik-baik aja walau sudah mendekati usia 2 tahun belum bisa mengeluarkan sepatah katapun. Buat saya penerimaan si ibu ini jadi salah satu faktor penting keberhasilan terapi. Buat lebih gampang saya bakalan kasi 2 cerita nyata yang saya alami sendiri yaa.

Ada Ibu A, Ibu A ini dari anaknya umur 2 tahun udah ngeh banget kalo tiap dipanggil gak noleh, belum bisa ngomong, dan memiliki keterlambatan serta beberapa ciri khas autis. Saat usia 2 tahun lebih ibu A sudah membawa anaknya untuk assessment. Setiap sesi diskusi setelah proses terapi, Ibu A mendengarkan dengan seksama, mengiyakan, dan mengulangi kembali di rumah.

Ada lagi Ibu B yang anaknya memiliki kesamaan dengan ibu A hanya saja ibu A baru membawa anaknya untuk assement saat usianya sudah 4 tahun. Setiap sesi terapi, setiap kali saya menjelaskan bahwa anak ibu B belum mau merespon perintah dengan baik, ibu B selalu mengatakan “tapi di rumah mau kok mbaa, bisaa”. Materi yang diajarkan juga jarang diulangi di rumah. Ibu B ini masih merasa anaknya baik-baik aja dan normal selayaknya anak pada umumnya walau sudah memiliki kecenderungan kearah autis.

Setahun kemudian, anak ibu A dengan izin Allah memiliki progress yang signifikan. Sudah mampu menyebutkan banyak kata, merespon jika dipanggil, ciri khas autis berkurang. Sedangkan, anak ibu B tidak memiliki kemajuan yang berarti.

Orang tua yang sudah menerima bahwa anaknya memiliki keistimewaan akan lebih mudah untuk diarahkan, terbuka saat diajak diskusi terkait perkembangan anak, dan cenderung lebih menerima saran dari proses terapi.

Nyatanya penerimaan itu tidak hanya sekali atau dua kali kita upayakan, tapi setiap hari. Seringkali selama proses terapi saya mengatakan “Sabar”. “Tidak marah”, “Tenang”., kadang saya merasa kata-kata tersebut lebih cocok saya tujukan pada diri sendiri. Pekerjaan saya mengajari mereka tapi justru saya yang belajar banyak dari mereka. Berada didekat mereka mengajarkan saya untuk banyak bersyukur, melihat perjuangan kedua orang tua mereka membuat hati saya tergerakan untuk berjuang lebih keras.

Lelah, capek, jenuh manusiawi kita rasakan saat harus mengurus mereka selama 24 jam. Tapi jika melihat dari kacamata iman saya merasa kelak kesusahan itu yang akan memberikan kita kemudahan di kemudian hari. Terbayang di hari akhir kelak, mereka menyambut kita dengan senyuman hangat dan bersaksi bahwa selama dunia kita telah mengurus mereka dengan sebaik-baik kemampuan kita.

            Semangat untuk para orang tua yang dianugerahi anak istimewa. Kalian hebat


Note: Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes menulis yang diadakan oleh generos.

Thursday 8 December 2016

Review Novel: Sepotong Hati yang Baru by Tere Liye

             Malam ini lagi kepengen nge-review novel sih. Cuman bingung novel apa karena udah lama gak baca dan beli buku. Beberapa novel yang udah kebeli malah belum kesentuh sama sekali. Pengen nge-review novel pulang Tere Liye cuman bukunya entah kemana. Entah dipinjem, entah dalam kardus atau di rumah. Dan gak sengaja nemuin buku Sepotong Hati yang Baru punya saja di rak buku temen. Entah udah berapa lama dipinjem dan gak dibalikin. Berhubung ini slalah satu bukunya Tere Liye yang gak bosen dibaca boleh di review, walau udah lama selesai bacanya.

            Jadi sepotong hati yang baru ini isinya tentang 8 cerita pendek. Ada satu cerita yang sampai sekarang melekat banget di kepala saya, judulnya, Kalau Semua Wanita Jelek. Sebenarnya di buku berjuta rasanya, Bang Tere pernah nulis cerita ini juga dengan versi berbeda, judulnya "Kalau Semua Wanita Cantik. Cerpen ini becerita tentang Jo dan Vin. Dua sahabat karib yang punya nasib sama, sama-sama jelek dalam pandangan manusia kebanyakan. Vin jerawatan, berambut keriting jingkrak, kulit gelap ditambah kulit gelap berteman dari SMA dengan Jo yang bertubuh jumbo. Jo selalu mengeluh tentang fisiknya dan suatu ketika ia berdoa agar kecantikan dijadikan sebuah harga, semua orang harus bekerja keras untuk mendapatkan. Hingga suatu pagi ia bangun di dunia yang sama dengan keadaan yang berbeda. Doanya terkabul ia berubah menjadi wanita cantik yang sempurna. Nah kalau mau tahu kelanjutannya kalian bisa baca sendiri. Cerita ini memiliki pesan teramat baik untuk para wanita zaman sekarang yang menjadikan kecantikan di atas segala-galanya.

         Selain cerita tentang Jo tadi, cerita kedua yang berkesan menurut saya adalah Percayakah Kau Padaku yang mengisahkan pentingnya kepercayaan dalam rumah tangga, lalu dan cerita terakhir Buat Apa Disesali yang berkisah tentang dua orang anak manusia yang saling mengasihi sejak kecil namun tidak bisa bersama di akhir.

         Selain cerita di atas ada beberapa cerita lagi diantara, Hiks Kupikir Itu Sungguhan, Kisah Sie Sie, Sepotong Hari yang Baru, dan Itje Noerbaya dan Kak Djalil.

        Sepotong Hati yang Baru berkisah tentang jatuh cinta, tersakiti, patah hati, kecewa dan segala sesuatu yang berhubugan dengan hati. ke 8 cerpen ini mengajarkan kita bahwa cinta tak melulu bahagia, tapi tak melulu penih dengan air mata. Semuanya cinta baik, tapi gimana cara kita menyingkapinya. Jangan jatuh sepenuhnya dengan hatimu, kalau nanti patah kamu masih punya sepotong hati yang baru untuk mengobati


          "Apakah....., apakah  di hatimu masih tersisa namaku." Suara Alysa kalah dengan desau angin. Tertunduk.

           Aku menggigit bibir, menggeleng, "Kau tahu saat itu aku menyadari, aku tak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang terisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka, aku memutuskan membuat hati yang baru. Ya, hati yang benar-benar baru"

           "Apakah..., apakah di hati yang baru itu masih tersisa namaku." Alysa memberanikan diri mengangkat wajahnya, cemas dengan intinasi suaraku.

            "Maadkan aku Alysa, aku sudah menikah. Bukan dengan seseorang yang amat aku cintai, aku inginkan. Tetapi setidaknya ia bisa memberikanku sepotong hati yang baru. Maafkan aku. Kau lihat. Ini cincin pernikahan kami. Batu giok." Aku menelan ludah. (Sepotong Hati yang Baru)

Thursday 4 February 2016

Review Novel: Hujan by Tere Liye

Jadi saya barusan selesai hujan-hujanan setelah baca novel Tere Liye yang satu ini. Berhubung lagi mood bikin review, karena biasanya malesan langsung aja saya tulis disini. Yey \o/

       Berlatar di tahun 2050an dengan segala kecanggihan teknologi yang ada, novel hujan awalnya bercerita tentang gadis berumur 21 yang mendatangi sebuah tempat yang bisa menghapus ingatan menyakitkan. Lucunya hal yang ingin dilupakan Lail adalah hal yang juga sangat disukainya.

"Aku ingin melupakan hujan" - Lail, halaman 9

     Alur novel hujan ini dibuat bolak balik antara tahun 2042an dan terus maju hingga 2050an tadi. Keingin Lail untuk melupakan hujan diawali dengan tragedi gempa bumi akibat gunung meletus mahadasyat yang menghancurkan dua benua dan menyisakan hanya sekitar 10 persen penduduk bumi. Kehidupan yang dulu menggunakan segala teknologi canggih kembali ke nol. Butuh waktu bertahun-tahun agar semuanya kembali normal. Lail kehilangan Ibu dan Ayahnya akibat peristiwa itu sekaligus mengantarkannya pada penyelamatnya, Esok. Lengkapnya Soke Bahtera yang juga kehilangan empat kakaknya karena gempa tadi. Esok adalah karakter favorit saya di novel ini.

     Semenjak kejadian itu Esok dan Lail saling mengisi. Umur Lail saat itu masih 13 sementara esok 15 tahun. Dimana ada Esok disana ada Lail. Berdua keduanya melewati hal-hal buruk. Bertahun-tahun usai kejadian itu takdir membawa keduanya pada kehidupan masing-masing. Esok yang memang seorang genius menjadi anak angkat walikota dan masuk di universitas terbaik di ibu kota, sementara Lail harus puas tingga di panti dan menjadi relawan yang tangguh. Tapi siapa sangka, Lail ternyata punya perasaan lebih pada Esok. Perasaan yang ia pendam bertahun-tahun lamanya.

Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari, kapan kita akan berhenti menunggu (hal.228)

Dengan wajah yang penuh senyuman usai menyelesaikannya, saya harus bilang bahwa novel Tere Liye kali ini adalah salah satu favorit saya dari semua novel lain miliknya yang saya baca. Salah satu ciri khas Bang Tere dalam membuat novel adalah alur yang berjalan lambat dan terkesan dipanjang-panjangkan. Namun dalam novel ini segala sesuatunya terasa pas termasuk jumlah halaman yang setebal 320 halaman.
 
"Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya."

Terlepas dari cerita yang menarik dan dikemas dengan cara sederhana, saya juga harus bilang saya tidak suka tokoh Lail dalam novel ini. Lail diceritakan sebagai gadis lemah yang cengeng dan tidak memiliki sesuatu yang spesial dalam dirinya. Karakternya kurang kuat untuk tokoh utama. Beberapa bagian juga terkesan dilebih-lebihkan seperti ketika Lail dan Marya, sahabat Lail menjadi relawan.
 
"Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya menetap dihati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya, biar menetap dihati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian."

Banyak kejutan dari novel ini seperti kejadian bencana yang mungkin gak pernah diduga manusia, misalnya musim dingin berkepanjangan akibat efek gunung meletus. Kamu juga akan dibuat penasaran dengan ending yang sangat-sangat tidak mengecewakan. Dan apakah Lail jadi menghapus ingatannya, yang berarti juga akan ikut meghapus Esok di dalamnya? Temukan di dalam novelnya. Mungkin itu aja. Selamat membaca, selamat hujan-hujanan!
 
"Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." - (Hujan, Epilog, hlm. 318)

4,2/5
ris. Ptk, 4 Januari 2016
 

Sunday 8 March 2015

Review Novel: Sunset Bersama Rosie by Tere Liye





Saya menyelesaikan novel ini dengan waktu yang lumayan singkat. Memulai membacanya jumat malam dan menyelesaikannya minggu pagi, dengan banyak jeda tentu saja. Saya menyelesaikannya jauh lebih cepat dibanding novel-novel tebal lain milik Bang Tere yang pernah saya baca seperti rindu dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu atau Bumi. Mungkin karena cerita yang disajikan lebih sederhana, cinta dan persahabatan. Sederhana dalam kerumitannya dan rumit dalam kesederhanaannya. Satu hal yang membuat saya ingin menyelesaikan novel ini secepat mungkin adalah ingin mengetahui ending, walaupun ketika sudah sampai ke titik itu saya terpakasa kecewa karena endingnya tidak seperti yang saya harapkan.

Sunset bersama Rosie bercerita tentang dua sahabat sejak kecil, Rosie dan Tegarnya Karang (saya suka sekali nama si Tegar ini) yang salah satunya menyimpan perasaan terhadap yang lain. 20 tahun milik Tegar sama dengan 2 bulan milik Nathan, yang merupakan sahabat baik Tegar dan akhirnya menjadi suami Rosie sekaligus Ayah dari Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Jasmine adalah bunga favorite saya disini, entah bagaimana kepribadiannya yang cantik berhasil mencuri perhatian saya begitu banyak.

Dengan latar tempat Gili Trawangan, Lombok dan alur bolak-balik pada awalnya novel ini bercerita tentang keakraban antara Tegar dan keluarga Nathan. Tegar yang pada awalnya berusaha mengindari kenyataan tentang cintanya yang terlebih dahulu diambil Nathan akhirnya mampu berdamai dengan masalalu dan menjalin hubungan baik dengan keluarga Nathan. Semua berjalan baik hingga akhirnya bom di Jimbaran membuat Nathan tewas dan meninggalkan kesedihan begitu dalam bagi Rosie hingga membuatnya depresi dan harus dirawat di pusat rehabilitasi kejiwaan. Tegar memutuskan untuk pindah yang semula dari Jakarta ke Gili Trawangan, meninggalkan janji kehidupannya yang baru bersama Sekar. Calon istirinya. Maka terjadilah cinta penuh sisi itu, antara Nathan, Rosie, Sekar dan anak-anak. Dimana setiap sisinya mampu melukai satu sama lain.

Cinta, lagi dan lagi menjadi topik manis untuk dikemas dan dibahas, bagian per bagiannya. Dan novel ini sesuai sinopsisnya menyajikan cinta itu dari pemahaman berbeda dengan ending tak terduga yang mungkin akan membuat merengut atau mengerutkan kening. Tapi melalui novel ini kita akan mendapatkan pemahaman baru tentang cinta itu sendiri juga kesempatan. Bahwa kesempatan tidak melulu tentang membuat kesempatan tapi membiarkan kesempatan itu pergi. Jika memang kiita ditakdirkan memiliki kesempatan itu, maka besok lusa kesempatan itu yang akan datang sendiri menghampiri kita.

“Kau terlampau mencintai Rosie, Tegar. Maka hatimu terkadang sering menipu. Kau dulu sering bertanya apakah kau punya kesempatan? Menurut orang tua ini, kalian berdualah yang justru tidak berani membuat kesempatan itu. Betapa tidak beruntungnya. Kalian menyerahkan sepenuhnya kesempatan itu kepada suratan takdir. Tapi itu tidak buruk. Bukanlah sebuah kesalahan. Maka biarkan seperti itu saja selamanya. Juga untuk urusan mala mini, biarkan seperti itu… Andaikata takdir itu memang baik untuk kalian, maka aka nada sesuatu yang bisa membelokan semua kenyataan. Tapi sepanjang sesuatu itu belum terjadi, maka seperti yang aku bilang tidak akan ada mawar yang tumbuh di tegarnya karang, Anakku.”

Well, beberapa bagian dari novel ini sebenarnya tidak terlalu saya sukai. Terlebih endingnya, namun sebelum beranjak terlalu jauh ke ending saya merasa terganggu dengan karakter Tegar yang digambarkan begitu luar biasa. Terlalu sempurna dan drama untuk seorang laki-laki berusia 37 tahun. Sementara Rosie sendiri digambarkan terlalu biasa saja, hampit tidak ada diceritakan tentang kelebihan atau something make her special for a man like Tegar. Dan yang membuat karakter Rosie minus dimata saya adalah ketika ia tidak mempunyai chemistry untuk menjadi Ibu bagi anak-anaknya. Singkat kata, kelemahan novel ini adalah terlalu jauh dari realita yang sesungguhnya, hingga jatuhnya seperti sinetron. Terlebih beberapa bagian memuat hal yang mustahil, seperti cerita tentang Jasmine anak berumur 5 tahun yang begitu pandai mengasuh adiknya Lili yang berusia 1 tahun. Saya tertawa dalam hati ketika pertama kali membaca bagian itu karena saya sendiri memiliki keponakan berusia 10 bulan yang sedang lucu-lucunya yang mana ketika kita lengah beberpa detik saja ia bisa jadi sudah berguling jatuh dari tempat tidur atau memakan apa saja yang dilihatnya. Berbeda sekali dengan Lili yang lebih banyak tidur. (curhat, abaikan saja)

Namun, saya tetap berprasangka baik pada Bang Tere mungkin saja cerita yang ingin diangkat olehnya memang seperti itu. Lelaki biasa yang memlih Perempuan yang biasa saja. Tentang Jasmine tadi bisa jadi nilai moral yang ingin ditanamkan adalah seorang kakak yang walaupun masih kecil mampu merawat adiknya dengan baik.

Akhirnya saya harus bilang bahwa Sunset Bersama Rosie bukan novel Tere Liye favorite saya. Terlalu banyak hal yang dilebih-lebihkan dikisah ini. Tegar yang terlalu luar biasa, anak-anak hebat, dan beberapa hal lain hingga kesannya jadi biasa saja. Jika membaca beberapa novel lain milik Bang Tere saya mendapat begitu banyak jawaban tentang kehidupan, tidak kali ini. Menghabiskan Sunset Bersama Rosie justru meninggalkan banyak pertanyaan. Mungkin saja saya harus membuat kesempatan milik saya sendiri untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan itu.

3,5/5

Saturday 7 March 2015

Review Novel: Rindu by Tere Liye





"Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja”
Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Selamat membaca.
 
 





Novel ini berhasil meraih satu bintang dari saya hanya dengan  membaca judul, sinopsis dan melihat covernya. Pertama saya mengira bahwa novel ini bercerita tentang cinta, tapi ternyata tidak. Ia berisi cerita kehidupan yang dapat begitu banyak diambil pelajaran, namun cerita cinta tetap ada pada kisah milik Ambo Uleng yang dibungkus apik dengan ending manis yang mampu membuat senyum-senyum sendiri. Adalah keluarga Daeng Adipati berserta istri dan dua anaknya, Elsa dan Anna yang diceritakan sedang berada di kapal yang akan mengantarkan mereka ke Jeddah untuk ibadah haji.  Di kapal Blitar Holland, begitu nama kapal uap 1938 itu mereka bertemu tokoh lain yang akan saling menjadi sebab akibat bagi satu sama lain. Tokoh lain itu adalah Bonda Upe, Gurutta, Ambo Uleng, Adipati Daeng, Mbah Kakung dan Mbah Putri  Lautan adalah latar yang mendominasi novel ini dengan , membuatnya unik dari novel kebanyakan.  Setiap tokohnya mempunyai karakter kuat yang memiliki masalah masing-masing, setiap masalah mereka membawa serta pertanyaan yang akan dijawab dalam novel ini. Salah satu pertanyaan yang begitu membekas di hati saya adalah “ Apa itu kebahagian sejati?” pertanyaan milik Daeng Adipati yang dikisahkan memiliki hidup yang sempurna. Ia memiliki segalanya: harta benda, nama baik, pendidikan, istri yang cantik dan anak-anak yang menggemaskan. Namun dibalik itu semuan ia membawa kebencian turut serta dalam bertahun-tahun kehidupannya. 

“Bagian yang kedua adalah terkait dengan berdamai tadi. Ketahuilah, Nak, saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu jahat atau aniaya. Bukan! Kita memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati”

Pertanyaan lain dalam novel ini yang membuat saya tersenyum getir adalah milik Ambo Uleng tentang cinta sejati.

"Apakah cinta sejati itu? maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka cita. Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya. Tidak bersedia."

"Lepaskanlah, Ambo. Maka besok atau lusa, jika dia adalah cinta sejatmu, dia pasti akan kembali dengan cara mengangumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya,itu bukan cinta sejatimu.

Hanya satu hal menurut saya yang sedikit menggangu dari novel ini. Beberapa hal tampak tidak terlalu penting untuk diceritakan dan bertele-tele, seperti rutinitas bangun-sarapan-sholat-sekolah dan beberapa yang lai. Hal tersebut memberi kesan bahwa cerita sengaja dipanjang-panjangkan untuk menambah tebal buku. Namun ada satu makna tersirat yang saya tangkap lewat lambatnya alur dalam novel ini, yaitu dalam hidup kita selalu mempunyai pertanyaan-pertanyaan tentang hidup itu sendiri, alasan dibalik setiap peristiwa yang kita alami, mengapa kita harus mengalami ini dan banyak lagi pertanyaan lain yang kerap menggangu dalam kepala. Bersabar. Bersabar adalah salah satu cara untuk mendapat jawaban. Bersabarlah, maka waktu akan datang menjelaskan setiap pertanyaan. Seperti bersabar membaca  kata per kata, kalimat per kalimat, lembar per lembar novel ini. Menikmati jalan cerita, kehidupan para tokohnya. Maka kita pun akan mendapat jawaban, bisa di awal, di tengah, atau di akhir cerita. 

Buat kalian yang sedang letih menjalani hidup dan sedang mencari makna dari kehidupan itu sendiri sangat saya sarankan untuk membaca novel ini. Good job bang tere!
4,5/5

Sunday 11 January 2015

Cerita dibalik dua cangkir kopi



Kita akan berbahagia dengan cara yang sederhana, sesederhana kita menertawakan keriput yang mulai muncul diwajah masing-masing kita.

Kita akan mencintai dengan cara yang sesederhana, namun sebanyak uban yang dengan pasti mulai tumbuh dikepala.
Bila esok aku menemukanmu semakin menua, maka dengarkanlah: 
"uban dan keriputmu membuatku jatuh cinta lebih dalam lagi."

Jika Ayah saya adalah pecandu kopi akut maka Ibu saya adalah pembuat kopi terbaiknya. Seperti gula pada kopi dan kopi pada gula, keduanya selalu mampu melengkapi satu sama lain, menciptakan rasa yang begitu baik untuk dinikmati. 

Setiap pagi, ditengah waktu sibuknya mengerjakan pekerjaan rumah dan bersiap ke kantor ibu saya akan meracik kopi terbaiknya untuk diseduh ketika Ayah saya bangun. Ayah saya memang telah memasuki waktu pensiunnya beberapa tahun yang lain. Namun bukan berarti kegagahannya turut hilang bersama baju tentara yang tak lagi dipakainya itu. 

Ketika senja tiba, sepulang Ibu saya dari bekerja keduanya akan duduk mengobrol di teras ditemani dua cangkir kopi. Ibu saya akan menceritakan apa yang dialaminya seharian di kantor, sementara Ayah akan jadi pendengar yang baik sembari sesekali mengomentari lalu menceritakan hari miliknya sendiri, tentang bisnis kayu yang sedang digelutinya atau siapa saja yang diajarnya hari ini.  Ayah saya juga sering mengajari dan melatih anak-anak yang ingin masuk sekolah kedinasan seperti TNI dan IPDN di rumah. 

Setelah matahari pulang keperaduannya keduanya akan masuk ke dalam, kadang jika tidak sholat di masjid Ayah dan Ibu saya akan melaksanakan sholat maghrib berjamaah dengan Ayah saya sebagai imam. Saya selalu saya suka dari ritual sholat berjamaah itu adalah Ayah saya akan memimpin dzikir dan doa selepas sholat yang kemudian akan di-aamiini oleh Ibu saya. Saya begitu mencintaimu bagaimana cara Ibu mencium telapak tangan Ayah selepas sholat. Begitu manis.

Setelah makan malam bersama dan selepas Ibu saya menyelesaikan pekerjaannya, kembali keduanya akan duduk rukun di ruang tamu. Kadang ditemani dua cangkir teh atau kopi susu. Atau tanpa apapun.  Membicarakan banyak hal ini dan itu, tentang cucu-cucu mereka yang telah bisa duduk dan sedang lucu-lucunya. Tentang anak-anak mereka yang sudah semakin dewasa. Tak jarang keduanya kehabisan bahan pembicaraan dan hanya duduk diam. Namun diam diantara keduanya tidak pernah canggung juga bukan sesuatu yang baru. Sebab, dalam diam mereka tetap mampu mengerti satu sama lain dengan baik.

Tak banyak yang tahu berapa sudah kisah pilu yang mereka lalui bersama atau sebelum mereka bertemu. Perjuangan hidup yang mereka lalui hingga sampai dititik sekarang.  Ayah saya seorang perantau dari sebuah kampung di Ciamis sana.  Setelah lulus SD,  beliau merantau ke Bandung.  Harus ikut hidup di rumah orang lain untuk melanjutkan sekolah. Beliau sering bercerita bahwa singkong adalah jajan paling mahal yg bisa beliau beli karena sering tak memiliki uang sepeserpun.  Tak jauh berbeda dengan ibu saya,  bungsu dari 12 bersaudara yang tinggal di ujung Kalbar sana. Berasal dari orang tua yang mualaf membuat hidupnya lebih berwarna lagi.  Keduanya sudah melalui banyak kisah perjuangan sebelum mampu memetik hasilnya sekarang.  Jangan sombong dan belajar hidup prihatin, karena kita tidak tahu kapan roda kehidupan berputar.  Bisa jadi sekarang di atas besok lusa kembali di bawah, nasihat yang paling sering dikatakan oleh keduanya. 

Saya selalu suka melihat mereka berbincang satu sama lain dan cara mereka membuat lelocun agar yang lainnya tertawa.  Bagaimana keduanya saling mengerti dan bersabar menghadapi satu sama lain selama 33 tahun pernikahan mereka. Pernikahan selama itu bukanlah hal yang mudah, tak ada hidup yang mudah. Itu sebabnya kita selalu butuh Tuhan pada setiap jengkal langkah kaki kita. Tapi terlepas dari segalanya, mereka mampu melewati setiap ujian yang diberikan. Saya mencintainya keduanya, dan begitu mencintai bagaimana keduanya saling menyayangi satu sama lain. Semoga keduanya tak hanya hidup bersama di dunia, juga di akhirat kelak. Di sebuah rumah penuh bunga-bunga di dalam firdaus-Nya.



Rasanya, ingin bertanya pada dua cangkir bisu itu, pada sisa-sisa ampas kopi yang tersisa didasar gelas. Tentang cerita cinta yang disaksikannya bertahun-tahun lamanya.

Happy Anniversary 33rd Bun, Be. Semoga kalian semakin mencintai dan dicintai Allah seiring semakin besarnya cinta kalian satu sama lain.

S, 10 Januari 2015

Saturday 3 January 2015

Review Novel: Omen #6 Sang Pengkhianat by Lexie Xu



Akhirnya kesampaian juga beli novel ke 6 serial omen ini. Maklumlah harganya lumayan menguras kantong anak kos, khususnya anak kos yang gak pandai ngatur uang boros tapi doyan jajan seperti saya #abaikan. Oke mungkin beberapa dari kalian mungkin berfikir kalau nyewa atau minjem lebih ekonomis timbang beli dan cuman sekali di baca. Tapi saya sarankan untuk yang belum pernah membaca sama sekali untuk nabung buat beli dari yang pertama karena mungkin untuk membaca serial bersambung ini kalian akan lupa satu dua peristiwa atau tertarik ingin membaca kembali beberapa kasus di buku sebelumnya. Bukannya bermaksud promosi cuman novel bergenre thriller remaja ini memang sangat-sangat tidak mengecewakan untuk dikoleksi. Oke sebelum saya mulai ngoceh lagi, ada baiknya kita baca sinopsisnya dulu:

Judul: Omen #6: Sang Pengkhianat
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Thriller
ISBN: 9786020309002

Sinopsis:
File 6 : Kasus Penjahit Manusia dengan Korban Atlet-Atlet Unggulan Pekan Olahraga

Tertuduh : Kami. Yep, kalian tidak salah baca. Kami-kami yang seharusnya menyelidiki kasus ini malah menjadi tertuduh lantaran ada beberapa saksi yang mengatakan mereka melihat kami di tempat kejadian. Tentu saja kami tidak sudi pasrah dengan situasi ini dan bertekad untuk menyelidikinya. Kecurigaan kami jatuh pada dua cewek paling jahat di sekolah kami: Nikki dan Eliza. Tambahan lagi, kini mereka mendapat bantuan dari Damian Erlangga sang pangeran iblis, serta mantan sobat kami yang kini menjadi musuh bebuyutan kami: Erika Guruh.

Fakta-fakta : Pada hari-hari menjelang Pekan Olahraga, atlet badminton unggulan sekolah kami ditemukan di lapangan badminton dalam kondisi tidak sadar dengan mata, mulut, dan anggota badan terjahit rapat. Saksi mata berupa sahabat korban mengatakan dia melihat Rima berkeliaran di dekat lapangan pada saat kejadian. Di siang hari, pada hari yang sama, kapten tim futsal ditemukan mengalami kejadian tragis yang sama, dan kali ini orang-orang melihat Putri Badai melarikan diri dari tempat kejadian. Keesokan harinya ada “tips tepercaya” yang mengatakan Aya akan melakukan kejahatan berikutnya, dan sebelum kami sempat melakukan sesuatu Aya sudah ditahan polisi.

Misi kami : Menemukan pelaku sebenarnya sebelum kami dihukum untuk perbuatan yang tidak kami lakukan.

Penyidik kasus,
Valeria Guntur, Rima Hujan, Putri Badai, dan Aria Topan

Saya adalah salah satu penggemar novel milik kalex. Bahkan saya memasukan novel beliau dalam daftar novel yang wajib ditunggu dan dibeli. Setelah membaca 4 serial johan saya tidak melewatkan sedkitpun serial omen ini. Kasus dalam novel ini benar-benar nyeremin, bahkan hanya membayangkan saja saya bergidk ngeri. Penjahitan manusia, yaitu atlet-atlet unggulan sekolah ketika mendekati pekan olahraga.  mata, mulut, tangan.Bisa dibayangkan dong, kalau itu korban sadar dan membuka mata dan mulutnya apa yang terjadi? sayangnya kesadisan kasus ini kurang dapet penyelesaian yang greget. Mungkin memang karena serial omen kali ini tidak difokuskan untuk membahas itu. Karena ini adalah serial kedua dari terakhir (omen mempunyai 7 sekuel) dan dalang dari setiap peristiwa telah terbongkar sebelumnya cerita lebih banyak berisi lanjutan motif dan alasan dari mengapa dan kenapa serta sangkut paut dari satu tokoh dan tokoh lain, juga melanjutkan cerita erika yang sudah pulang ke rumah dan berbaikan dengan eliza.Nah disini yang jadi penghianat itu ya si erika ini. Erika membuat kesepakatan dengan eliza untuk tidak lagi berteman dengan teman-teman lama mereka dan hanya berteman berdua saja.
Satu hal yang menurut saya agak menganggu dari novel setebal 466 halaman ini adalah pengulang penjelasan dari buku-buku sebelumnya, seperti hobi Daniel bermain poker. Untuk beberapa hal mungkin itu perlu karena pembaca mungkin lupa namun karena banyak terjadi pengulangan cerita membuat beberapa bagian saya skip. Kalau kalex bisa sedikit meringkas cerita tersebut mungkin novel akan jauh lebih tipis dan murah (maunya hehe)
Kelebihan novel ini banyak banget, gak heran sih kak lexie memang salah satu penulis novel beken dan salah satu penulis favorit saya. Cara penuisan ok,gak bikin bosen ada saat tegang, humor, romantis. Semuanya pas banget untuk membuat terus membuka lembaran berikutnya lagi dan lagi. Nah pasangan favorit saya disini selain vik dan erika tentu saja, adalah badai dan demian. Soswit bangeeeeet, Walaupun cerita demian-badai ini lebih banyak dibahas di omen 5 tapi di omen 6 tetap dapat tempat kok hehe, walaupun kisah cintanya lebih difokuskan pada OJ-Aya-Gil.

"Jaga dia baik-baik," kata Demian seraya mengangsurkan putri padaku.
"Gue udah bilang sama Rima, tapii sekarang gue akan bilang sama elo, Aya. Kalo ada bajingan yang berani nyakiti Putri, kalian harus ngasi tau gue,"
Aku menatapnya lekat-lekat. "Orang yang paling nyakitin Putri kan elo."
Damian mengalihkan tatapannya padaku, lalu tersenyum. "Suatu saat, kalo saatnya tiba nanti, biar Putri yang ambil nyawa gue."
(Dialog Demian dan Aya tentang Badai. #fav)

Tanpa perlu berpanjanglebar lagi saya acungin 4 jempol buat kalex

*luna
4,8/5